Pati, Kabupaten Dengan Kekayaan Tradisi dan Kebudayaannya

kali dibaca

Kabupaten Pati mudah dicari, terletak di provinsi Jawa Tengah bagian utara. Tepatnya di lereng timur gunung Muria, kurang lebih 100 km dari arah timur Semarang, ibukota Jawa Tengah. Kota kecil ini lebih pas dijuluki kabupaten di Lereng Timur Gunung Muria. Cukup mudah dicari dan dilalui karena sering dilewati bus dan kendaraan dari arah Jakarta menuju Surabaya.


Pati, bekas kerajaan yang makmur dan sejahtera. Dahulu, Pati adalah adalah hasil dari penggabungan dua kerajaan yakni Kerajaan Carangsoka dan Paranggaruda. Oleh pendekar sakti Joyokusumo (Kembangjoyo), wilayah Pati dibuat maju, jaya, tentram, dilengkapi dengan armada pasukan kerajaan yang kuat, rakyat guyub rukun dan sederet prestasi lainnya. Kita boleh membayangkan bahwa dulu Pati itu nyaman ditempati karena sebagian besar wilayahnya subur dan melimpah ruah dengan kekayaan air meskipun sebagian daerah di Pati bagian selatan seperti Kecamatan Sukolilo, Kayen, Gabus, Tambakromo dan lainnya ada kekurangan sumber air. 


Ada banyak keanekaragaman sumber hayati dan hewani. Keindahan laut di Kecamatan Juwana hingga seterusnya ke utara sampai Kecamatan Tayu dan Dukuhseti menjadi menarik dikunjungi. Perkebunan buah di Kecamatan Tlogowungu, Gunungwungkal, Cluwak, sebagian Margoyoso dan Tayu menjadi kekayaan tersendiri. Persawahan berupa hutan, rawa-rawa, pelabuhan besar di Juwana menjadi salah satu pusat perdagangan di pulau Jawa zaman dahulu. 



Pati dan daerah sekitarnya pada zaman dahulu terkenal dengan keramahan penduduk dan keluhuran sikap serta budaya warga Pati yang suka bergotong-royong dalam kebaikan. Daerah-daerah di Pati terdapat banyak padepokan ilmu. Banyak pesantren yang mengajarkan nilai-nilai pengetahuan keagamaan, banyak tradisi budaya dan kekayaan lokal serta keunikan-keunikan yang tidak dipunyai daerah lain. 


Tidak ada salahnya kembali mengenang zaman dahulu sebagai referensi dan penyemangat. Rasa-rasanya 'kerajaan' ataupun Kadipaten pesantenan (sebelum berubah menjadi Kabupaten Pati) saat itu adalah daerah yang tenang dan tentram namun banyak orang-orang sakti. Kita lihat sejarah kesaktian Saridin, kewaskitaaan dan kedalaman ilmu agama dari Waliyullah Syaikh Ahmad Mutamakin Kajen, Syaikh Ronggo Kusumo Ngemplak Kidul, Sunan Ngerang Juwana, Waliyullah dan ulama-ulama lain dari seluruh penjuru Pati.


Banyak orang dari luar Pati yang mengatakan Pati banyak dihuni tokoh-tokoh, Ulama dan Auliya yang keramat. Ada istilah Pati daerah seribu paranormal, ada juga istilah Pati tanah bertuah. Kita bisa melihat identitas Pati melalui Kuluk dan Keris Adipati. Karena dari situ kita bisa mengerti bahwa Pati adalah daerah kadipaten yang kuat tradisi dan kebudayaannya. 


Apapun julukannya, hendaknya tidak hanya dijadikan simbol semata namun esensinya adalah masyarakat Pati yang maju dan berbudaya. Kembali di era sekarang, Pati dikenal dengan ekonomi pertanian, buah, ikan, kerajinan khas, seni dan budaya, perusahaan internasional seperti Pabrik Kacang Garuda dan Dua Kelinci. Kegiatan kreatifitas ekonomi dan makanan khas di kabupaten Pati banyak tersedia. Apalagi dengan potensi wisata alam di wilayah Pati, sungguh banyak. 


Meski sudah ada upaya dari Pemerintah Daerah terkait semua itu namun sampai sekarang belum begitu maksimal dirasakan masyarakat. Orang luar daerah Kabupaten Pati masih minim yang mengenal Pati. Ironisnya, sekarang sampai tulisan ini ditulis, orang luar Pati lebih mengenal Pati dengan berita kejahatan dan itu cepat tersebar bahkan viral di ranah nasional dan internasional.


Melalui hal ini penulis tidak membahas tentang berita viral tersebut. Penulis merasakan sepertinya Kabupaten Pati seakan masih dikenal oleh masyarakat sebagai kabupaten kecil. Kalah pamor dengan Kabupaten Kudus dan Jepara. Pati masih dipahami oleh masyarakat nusantara sebagai daerah kecil. 


Padahal Kabupaten Pati dengan segala potensi Sumber Daya Manusia (terbukti banyak sekali prestasi pelajar, mahasiswa dan dunia pendidikan serta penemuan teknologi yang menjuarai kompetisi nasional maupun internasional) dan kekayaan alamnya yang luar biasa. Seharusnya ini saja mampu lebih digaungkan kebesarannya. Mungkin tidak ada salahnya masyarakat Pati lebih menggali tradisi, kebudayaan dan kearifan lokal zaman dahulu. Yakni ketika masih bernama Pesantenan Pati di bawah pimpinan Kembangjoyo (baca sejarah Pati). 


Kembangjoyo yang seterusnya dilanjutkan Adipati Pragolo mampu menjadikan Pati disegani oleh Kadipaten lain. Disegani karena memang Pati pada saat itu masyarakatnya kompak, kerja keras, dan hidup tentram. Prajuritnya juga berani dan solid. Rakyat Pati dan Para pembesar saat itu diceritakan mampu bersatu. 


Seharusnya generasi sekarang mengambil hal-hal positif dari Kejayaan Pesantenan Pati dahulu. Masyarakatnya betul-betul konsisten terus menjaga kondusifitas dan pemimpinnya mampu menjalankan amanah dari rakyatnya. Pekerjaan Rumah bagi Pemimpin Pati khususnya Bupati, yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan terobosan kreatif. Lebih banyak membangun infrastruktur fisik agar arus ekonomi berkembang hingga meningkatkan Sumber Daya Manusia di Pati. 


Slogan Kabupaten Pati "Bumi Mina Tani" sepertinya masih belum maksimal dijalankan. Perikanan belum betul-betul maksimal dan sektor pertanian masih belum berdaya. Meskipun harus diakui Pemerintah Daerah (Pemda) sudah berusaha dan bekerja keras.


Ada baiknya Pemerintah Daerah lebih intensif bertemu dengan berbagai komunitas pemuda guna lebih banyak mengetahui kebutuhan generasi sekarang. Mungkin bisa diterapkan generasi muda Pati boleh bekerja dan bersekolah di kota besar namun Pemda Pati memberikan semacam garansi bila kembali ke Pati akan dipergunakan Sumber Daya Manusianya. Pemda Pati lebih banyak membangun infrastruktur yang memadai dan bersifat kekinian.


Kabupaten Pati seyogyanya benar-benar menjadi Bumi (tempat) kemakmuran bagi para nelayan, petani, dan masyarakat luas. Menjadi tempat produktif, nyaman, dan indah pariwisatanya. Tempat yang aman bagi semua masyarakat termasuk dari luar daerah. Mari sama-sama membentuk Pati menjadi kabupaten maju dan berbudaya!


Penulis: Imam Muhlis Ali

Tulis Komentar

Previous Post Next Post